Sejarah

Pertanyaan

tulis latar belakang berdirinya kerajaan perlak berikut nama nama rajanya

1 Jawaban

  • Pada tahun 840 ini, datanglah rombongan berjumlah 100 orang yang dipimpin oleh Nakhoda Khalifah. Tujuan mereka adalah berdagang sekaligus berdakwah menyebarkan agama Islam di Perlak. Pemimpin dan para penduduk Negeri Perlak pun akhirnya meninggalkan agama lama mereka untuk berpindah ke agama Islam. Selanjutnya, salah satu anak buah Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja`far Shadiq dinikahkan dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi. Dari perkawinan mereka inilah lahir kemudian Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah, Sultan pertama Kerjaan Perlak. Sultan kemudian mengubah ibukota Kerajaan, yang semula bernama Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah, sebagai penghargaan atas Nakhoda Khalifah. Sultan dan istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, dimakamkan di Paya Meuligo, Perlak, Aceh Timur


    Ajaran Islam yang dipaparkan oleh umat Islam rombongan Nakhoda Khalifah kepada putra-putri Bandar Perlak, dengan taufik dan hidayah Allah Yang Maha Esa, mendapat perhatian dan sambutan yang baik sehingga hidup subur dan berkembang berkat ajaran-ajaran dan penerangan-penerangan dari mubaligh-mubaligh yang terus-menerus datang ke negeri Perlak.
    Dalam waktu yang tidak sampai setengah abad, umat Islam Perlak yang telah mempunyai keturunan Islam dari perkawinan campuran antara rakyat/penduduk asli (putri-putri Perlak) dengan keturunan Arab, Persi dan Muslim India, telah sanggup mendirikan Kerajaan Islam di negeri Perlak pada hari Selasa sehari bulan Muharam tahun 225 H (840 M).
    Sultan pertama yang terpilih adalah Saiyid Maulana Abdul-Aziz Syah (peranakan Arab Quraisy dengan puteri Meurah Perlak), bergelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul-Aziz Syah. Kerajaan Islam yang telah didirikan di Perlak itu, hidup subur dan menjalar luas melalui dinasti raja-rajanya.
    Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah merupakan sultan yang beralirah paham Syiah. Aliran Syi’ah datang ke Indonesia melalui para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia. Mereka masuk pertama kali melalui Kesultanan Perlak dengan dukungan penuh dari dinasti Fatimiah di Mesir. Ketika dinasti ini runtuh pada tahun 1268, hubungan antara kelompok Syi’ah di pantai Sumatera dengan kelompok Syi’ah di Mesir mulai terputus. Kondisi ini menyebabkan konstelasi politik Mesir berubah haluan. Dinasti Mamaluk memerintahkan pasukan yang dipimpin oleh Syaikh Ismail untuk pergi ke pantai timur Sumatra dengan tujuan utamanya adalah melenyapkan pengikut Syi’ah di Kesultanan Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai.
    Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan. Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun 302 H (915 M), Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni.
    Penobatan Sultan yang keempat tertunda selama tiga tahun karena terjadi pertentangan politik antara aliran Syiah dan Ahlussunnah wal Jama’ah. Para saudagar yang dipimpin Nahkoda Khalifah terdiri atas pemimpin-pemimpin kaum Syiah yang tersingkir oleh penguasa dari dinasti Abbasiyah di Tanah Arab, Persia dan India.
    Pertentangan politik antara kedua mazhab ini dalam kerajaan Islam saat itu sampai meluas ke Perlak.

Pertanyaan Lainnya