Beri alasan berdirinya kesultanan pagaruyung di sumatra barat dan siapakah nama sultannya?
Sejarah
aulyumna
Pertanyaan
Beri alasan berdirinya kesultanan pagaruyung di sumatra barat dan siapakah nama sultannya?
1 Jawaban
-
1. Jawaban Rachel1437
Kerajaan Pagaruyung adalah sebuah Kerajaan Islam Melayu yang pernah berdiri di provinsi Sumatera Barat. Nama kerajaan ini dirujuk dari Tambo yang ada pada masyarakat Minangkabau, yaitu nama sebuah nagari (Nagari adalah pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Istilah nagari menggantikan istilah desa, yang digunakan di provinsi lain di Indonesia.) yang bernama Pagaruyung, dan juga dapat dirujuk dari inskripsi cap mohor Sultan Tangkal Alam Bagagar dari Pagaruyung, yaitu pada tulisan beraksara Jawi dalam lingkaran bagian dalam yang berbunyi sebagai berikut: Sultan Tangkal Alam Bagagar ibnu Sultan Khalīfatullāh yang mempunyai tahta kerajaan dalam negeri Pagaruyung Dārul Qarār Johan Berdaulat Zillullāh fīl ‘Ālam.
Kerajaan ini mengalami keruntuhan pada masa Perang Padri, setelah ditandatanganinya perjanjian antara Kaum Adat dengan pihak Belanda yang menjadikan kawasan Kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan Belanda.
Sebelumnya kerajaan ini tergabung dalam Kerajaan Malayapura. Dalam prasasti Amoghapasa disebutkan bawah kerajaan Malayapara dipimpin oleh Adityawarman yang mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Bhumi Malayu di Suwarnabhumi. Kerajaan kerajaan lain yang juga masuk dalam wilayah Malayapura adalah kerajaan Dharmasraya dan beberapa kerajaan atau daerah yang ditaklukan Adityawarman.
Sejarah Pendirian
Sejarah berdirinya kerajaan Pagaruyung belum dapat diketahui dengan pasti dikarenakan sumber sejarah yang tidak begitu jelas. Dari Tambo yang diterima oleh masyarakat Minangkabau tidak ada yang memberikan penanggalan dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan, bahkan jika menganggap Adityawarman sebagai pendiri dari kerajaan ini, Tambo sendiri juga tidak jelas menyebutkannya. Namun dari beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman, menunjukan bahwa Adityawarman memang pernah menjadi raja di negeri tersebut, tepatnya menjadi Tuhan Surawasa, sebagaimana penafsiran dari Prasasti Batusangkar.